Jumat, 20 Mei 2011

LATIHAN MENTAL BAGI ATLET


Mengapa atlet perlu latihan mental?

Untuk dapat meningkatkan prestasi atau performa olahraganya, sang atlet perlu memiliki mental tangguh, sehingga ia dapat berlatih dan bertanding dengan semangat tinggi, dedikasi total, pantang menyerah, tidak mudah terganggu oleh masalah-masalah pribadi. Dengan demikian ia dapat menjalankan program latihannya dengan sungguh-sungguh, sehingga ia dapat memiliki fisik prima, teknik tinggi dan strategi bertanding yang tepat, sesuai dengan program latihan yang dirancang oleh pelatihnya. Dengan demikian terlihatlah bahwa latihan mental bertujuan agar atlet dapat mencapai prestasi puncak, atau prestasi yang kebih baik dari sebelumnya.
Untuk dapat memiliki mental yang tangguh tersebut, atlet perlu melakukan latihan mental yang sistematis, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari program latihan olahraga secara umum dan tertuang dalam perencanaan latihan tahunan atau periodesasi latihan.
Seringkali dijumpai bahwa masalh mental atlet sesungguhnya bukan murni merupakan masalh psikologis, namun juga disebabkan oleh faktor teknis atau fisiologis. Contohnya : jika kemampuan atlet menurun karena faktor kesalahan teknik gerakan, maka persepsi atlet terhadap kemampuan dirinya juga akan berkurang. Jika masalah kesalahan gerak ini tidak teridentifikasi dan tidak segera diperbaiki, maka kesalahan gerak ini akan menetap. Akibatnya, kemampuan atlet tidak meningkat sehingga atlet menjadi kecewa dan lama kelamaan bisa menjadi frustasi bahkan memiliki pikiran dan sikap negatif terhadap prestasi olahraganya.
Demikian juga dengan masalah yang disebabkan oleh faktor fisik, misalnya atlet menjadi lebih lambat, sehingga atlet tersebut seperti atlet yang memiliki motivasi rendah. Kedua contoh tersebut menunjukkan bahwa masalah mental tidak selalu disebabkan oleh faktor mental atau faktor psikologis. Jika penyebab masalahnya tidak terlebih dahulu diatasi, maka masalah mentalnya juga akan sulit diperbaiki. Dengan demikian, jika akan menerapkan latihan mental untuk mengatasi masalah mrntal psikologis, maka atlet, pelatih maupun psikolog olah raga harus tshu pasti bahwa penyebab masalhnya adalah masalah mental.


Jenis latihan mental

Membuat catatan harian mental (mental log)

Catatan latihan mental merupakan catatan harian yang ditulis setiap atlet selesai melakukan latihan, pertandingan, atau acara lain yang berkaitan dengan olah raganya. Dalam buku catatan latihan mental ini dapat dituliskan pikiran, bayangan, ketakutan, emosi, dan hal lain-lain yang dianggap penting dan relevan oleh atlet. catatan ini semestinya dapat menceritakan bagaimana atlet berpikir, bertindak, bereaksi, juga merupakan tempat untuk mencurahkan perasaan, kemarahan, frustasi, kecewa, dan segala perasaan negatif jika melakukan kegagalan atau tampil buruk.
Dengan melakukab perubahan pola pikir akan hal-hal negatif tadi menjadi positif, atlet dapat menggunakan catatan latihan mentalnya sebagai “langkah baru” – setalah mengalami frustasi, keraguan, ketakutan, ataupun perasaan berdosa/bersalah – untuk kembali membangun sikap mental yang posistif dan penuh percaya diri.


Penetapan Sasaran (goal setting)

Penetapan sasaran (goal settimg) perlu dilakukan agar atlet memiliki arah yang harus dituju. Sasaran tersebut bukan melulu berupa hasil akhir (output) dari mengikuti suatu kejuaraan. Penetapan sasaran ini sedapat mungkin harus bisa diukur agar dapat melihat perkembangan dari pencapaian sasaran yang ditetapkan. Selain itu pencapaian sasaran ini perlu ditetapkan sedemikian rupa secaara bersama-sama antara atlet dan pelatih. Sasaran tersebut tidak boleh terlalu mudah namun juga bukan sesuatu yang mustahil dapat tercapai. Jadi, sasaran tersebut harus dapat memberikan tantangan bahwa jika atlet bekerja keras maka sasaran tersebut dapat tercapai. Dengan demikian penetapan sasaran ini sekaligus dapat pula berfungsi sebagai pembangkit motivasi.


Latihan Relaksasi

Tujuan daripada latihan relaksasi, termasuk pula latihan manajemen stress, adalah untuk mengendalikan ketegangan, baik itu ketegangan fisik maupun psikolohis. Ada berbagai macam bentuk latihan relaksasi, namun yang paling mendasar adalah latihan relaksasi otot secara progresif. Tujuan daripada latihan ini adalah agar atlet dapat mengenali kapan saatnya harus rileks dan membedakannya dengan keadaan tegang.
Biasanya latihan relaksasi ini baru terasa hasilnya setelah dilakukan setiap hari selama minimal enam minggu (setiap kali latihan sekitar 20 menit). Sekali latihan ini dikuasai, maka semakin singkat waktu yang diperlukan untuk bisa mencapai keadaan rileks. Bentuk daripada latihan relaksasi lainnya adalah “autogenic training” dan berbagai latihan pernapasan. Latihan relaksasi ini juga menjadi dasar latihan pengendalian emosi dan kecemasan. Latihan relaksasi ini dapat pula dilakukan dengan bantuan alat seperti paket rekaman kaset latihan relaksasi yang mulai banyak beredar di pasaran.

Latihan visualisasi dan imajeri,

Latihan imajeri (mental imajeri) merupakan suatu bentuk latihan mental yang berupa pembayangan diri dan gerakan di dalam pikiran. Manfaat daripada latihan imajeri, antara lain adalah untuk mempelajari atau mengulan gerakan baru, memperbaiki gerakan yang salah atau belum sempurna, latihan simulasi dalam pikiran, latihan bagi atlet yang sedang rehabilitasi cedera. Latihan imajeri ini sering disamakan dengan latihan visualisasi karena sama-sama melakukan pembayangan gerakan di dalam pikiran. Namun, di dalam imajeri si atlet bukan hanya ‘melihat’ gerakan dirinyanamun juga memfungsikan indera pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecapan. Untuk dapat menguasai latihan imajeri, seorang atlet harus dapat mahir dulu dalam melakukan latihan relaksasi.

Latihan Konsentrasi

Konsentrasi merupakan suatu keadaan dimana kesadaran seseoarang tertuju kepada suatu objek tertentu dalam waktu tertentu. Dalam olah raga, masalah yang paling sering timbul akibat terganggunya konsentrasi adalah berkurangnya akurasi lemparan, pukulan, tendangan, atau tembakan sehingga tidak menenai sasaran. Akibat lebih lanjut jika akurasi berkurang adalah straregi yang sudah dipersiapkan menjaddi tidak jalan sehingga atlet akhirnya kebingungan, tidak tahu harus bermain bagaimana dan pasti kepercayaan dirinya pun akan berkurang. Selain itu hilangnya konsentrasi saat melakukan aktivitas olah raga dapat pula menyebabkan cedera. Tujuan daripada latihan konsentrasi agar si atlet dapat memusatkan pikiran atau perhatiannya terhadap sesuatu yang ia lakukan tanpa terpengaruh oleh pikiran atau hal-hal lin yang terjadi di sekitarnya. Pemusatan perhatian tersebut juga harus berlangsung dalam waktu yang dibutuhkan. Agar didapatkan hasil yang maksimal, latihan konsentrasi ini biasanya baru dilakukan jika si atlet sudah menguasai latihan relaksasi. Salah satu bentuk latihan konsentrasi adalah dengan memfokuskan perhatian kepada suatu benda tertentu misalnya nyala lilin, jarum detik, bola atau alat yang digunakan dalam olah raganya. Lakukan selama mungkin dalam posisi meditasi.

Kapan sebaiknya atlet melakukan latihan mental ?

Latihan mental dilakukan selama atlet menjalani latihan olah raga, karena seharusnya latihan mental merupakan bagian tidak terpisahkan dari program latihan atau periodesasi latihan. Latihan-latihan tersebut ada yang memerlukan waktu khusus (terutama saat-saat pertama mempelajari latihan relaksasi dan konsentrasi), namun pada umumnya tidak terikat oleh waktu sehingga dapat dilakukan kapan saja.

Dengan sekilas uraian mengenai latihan mental bagi atlet, dengan harapan para atlet, pelatih maupun pembina olah raga semakin menyadari bahwa latihan mental sangat diperlukan untuk mendapatkan prestasi puncak, danuntuk melakukan latihan mental tersebut diperlukan proses dan alokasi waktu tersendiri.
Selamat berlatih tim Khasoes, semoga sukses mencapai prestasi puncak